Film ini diawali dengan kepergian seorang wanita bernama Jisuk yang mengunjungi kampung halamannya. Di perjalanan, ia melihat seorang anak kecil yang sedang belajar membaca dan ditemani Ibu juga Neneknya. Hal ini mengingatkan Jisuk pada masa kecilnya di kampung.
Jisuk menghabiskan masa kecilnya di daerah pedesaan. Ia seorang anak perempuan yang pintar dan cerewet. Ia selalu diantar jemput ayahnya yang merupakan seorang supir bus. Jisuk sebenarnya anak kedua. Kakak perempuannya telah meninggal, mungkin karena hal itu Ibunya menjadi amat menyayanginya lebih dari adik laki-lakinya.
Ayahnya mengalami cacat fisik. Kakinya pincang. Tak jarang karena kelainannya itu, ia sering diperolok orang-orang yang berada di sekitarnya. Rasa sakit dan dendam terpupuk di hatinya seiring penghinaan yang bertubi-tubi datang menggerogoti kakinya. Ayah Jisuk melampiaskan rasa sakit hatinya pada Ibu Jisuk. Kekerasan fisik mulai menjadi hal yang lumrah di antara kehidupan rumah tangga mereka. Hal ini benar-benar membuat Jisuk muak. Ia bahkan bercerita pada temannya bahwa ia tak ingin menikah karena benci akan rumahnya. Jisuk tidak suka pada Ayahnya dan Jisuk kesal dengan Ibunya yang menyebalkan.
Suatu hari ada pertemuan orang tua di sekolah Jisuk. Ketika Ibunya datang, Jisuk bergegas mencegahnya masuk. Ibunya bangga padanya. Tapi ia tak mau teman-teman dan gurunya melihat Ibunya. Ia malu. Jisuk malu mempunyai Ibu yang seperti itu, yang berbaju butut dan miskin. Jisuk bahkan menyuruhnya pulang. Tapi Ibu tetap bangga padanya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar