Rabu, 31 Juli 2013

1778 Stories of Me and My Wife



Film ini berkisah tentang seorang penulis sci-fi, yang dipanggil Sakutaro. Ia banyak bercerita tentang kehidupan robot-robot. Sakutaro hidup di rumah kontrakan bersama istrinya, Setsuko yang bekerja sebagai teler di bank. Setsuko merupakan penggemar pertama dan utama dari tulisan-tulisan Sakutaro, sejak mereka masih sama-sama bersekolah dulu. Karena itu Sakutaro selalu memberikan tulisan yang baru diselesaikan untuk dibaca istrinya sebelum diserahkan ke penerbit. Selain istrinya, sebetulnya tidak banyak orang yang menyukai tulisan sci –fi. Penerbitnya pernah menyarankan agar ia menulis tentang roman percintaan yang lebih memberikan hasil, sebagaimana yang dilakukan seorang teman baiknya, yang merangkap pesaingnya. Temannya telah menjadi penulis yang kaya raya. Namun tulisan sci-fi telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam diri Sakutaro. Istrinya juga mendukungnya untuk tetap bertahan dengan tulisannya, walaupun mereka harus hidup dalam keterbatasan.

Pasangan suami istri ini sebetulnya dapat terus menikmati kehidupan mereka yang bahagia, seandainya musibah itu tidak datang. Setsuko sebetulnya mengharapkan datangnya seorang anak. Namun yang ia peroleh adalah penyakit kanker usus yang sudah akut, yang tidak dapat disembuhkan. Setsuko tidak diberitahu mengenai kondisi penyakitnya, walaupun ia sudah cukup bersedih dengan hilangnya kesempatan untuk memiliki anak. Dokter menyarankan agar Setsuko menghabiskan sisa hidupnya di rumah. Dokter memprediksi Setsuko hanya dapat bertahan hidup satu tahun lagi. Pada saat mereka meninggalkan rumah sakit, dokternya menyarankan agar mereka menikmati hidup dan banyak tertawa karena tertawa dapat menyembuhkan.

Sakutaro terperosok ke jurang kesedihan yang dalam dengan sakitnya istrinya. Ia juga bagaikan layang-layang putus. Ia sempat kehilangan orientasi, luntang lantung tak tentu arah, sampai akhirnya mendapatkan sebuah boneka lucu yang selalu tertawa di toko loak. Boneka itu seakan selalu mengajak tertawa. Melihat boneka itu, Sakutaro terpikir untuk membuat cerita pendek yang lucu setiap hari yang dapat membuat istrinya tertawa sehingga akhirnya dapat sembuh. Dibelinya boneka itu dan diletakkannya di meja tempat ia biasa menulis dan mulailah ia menulis cerita lucu.

Dengan bersemangat ia menyelesaikan satu tulisan dan segera menunjukkan ke Setsuko. Istrinya yang terbiasa dengan gaya cerita Sakutaro, terbingung-bingung membaca tulisan itu. Sakutaro menjelaskan niatnya untuk membuat cerita lucu agar Setsuko tertawa. Sementara Setsuko menganggap tulisan Sakutaro lebih merupakan esai. Ia tidak tertawa, tapi menghargai upaya suaminya dan bersimpati atas kegagalannya. Sakutaro tidak patah semangat. Ia mencoba, gagal, mencoba lagi, gagal lagi dan seterusnya sampai istrinya mulai tersenyum dan akhirnya tertawa terbahak-bahak. Sakutaro berhasil. Setelah itu, Setsuko selalu tertawa setelah membaca tulisan. Robot dan gurita menjadi bagian dari tulisan lucunya.

Demikian, satu tulisan lucu setiap hari, selesai dibaca maka ditumpukkan dengan tulisan sebelumnya. Pelan-pelan tulisannya mulai menggunung. Sakutaro merasa usahanya berhasil. Jumlah tulisan yang dibuat menggambarkan jumlah hari yang berhasil dilalui oleh istrinya. Setsuko hidup lebih panjang dari prediksi dokter, walaupun kondisi kesehatannya semakin memburuk. Permasalahan kembali datang ketika Setsuko membutuhkan obat yang lebih mahal. Sakutaro menghadapi jalan buntu sampai akhirnya ia menyerah. Ia sepakat menulis cerita roman percintaan dengan nilai kontrak yang lebih mahal. Belakangan istrinya mengetahui masalah ini dan marah karena Sakutaro tidak berterus terang. Ia tidak ingin Sakutaro melakukan hal yang tidak disukai. Ia lalu mengeluarkan uang tabungannya yang sebetulnya ingin digunakan untuk berwisata. Sakutaro tidak mau menggunakannya. Keduanya tidak mau pasangannya harus berkorban. Setelah pertengkaran timbul penyesalan, karena keduanya sebetulnya tidak ingin menyakiti satu sama lain. Setsuko lalu ingin membaca tulisan roman Sakutaro. Setelah membaca ia tertawa. Atau lebih tepatnya mentertawakan Sakutaro. Menurutnya tulisan Sakutaro sangat buruk. Sakutaro tidak dapat menulis roman.

Akhirnya berita gembira itu datang. Dokter menyatakan sel kanker telah menghilang dari dalam tubuh Setsuko. Ia telah sembuh. Sakutaro kembali merasa melayang, tapi kali ini bukan seperti layangan putus. Ia serasa melayang ke surga. Setsuko lalu mengajaknya untuk bepergian ke Hokkaido. Mereka ingin mengunjungi suatu tempat yang mereka lihat di foto. Mereka menikmati perjalanan yang sederhana itu. Namun 6 bulan kemudian, rahasia Setsuko terbongkar. Ia harus dirawat di rumah sakit. Sel kanker sudah begitu menyebar sehingga sudah tidak mungkin diobati. Jadi sebetulnya Setsuko dan dokter bersekongkol untuk membuat cerita bohong mengenai kesembuhannya. Dokter dipaksa Setsuko untuk memberikan obat yang paling ampuh agar ia bisa terlihat sehat. Ia ingin bepergian untuk terakhir kalinya. Jadi sebetulnya Setsuko juga sudah mengetahui mengenai keparahan penyakitnya, sejak Sakutaro mulai memberinya cerita pendek setiap hari. Keduanya saling berbohong untuk kebahagiaan satu sama lain.

Selama Setsuko dirawat, Sakutaro selalu menunggui dan tetap menulis cerita lucu di kantin rumah sakit, sampai akhirnya banyak pasien, perawat dan petugas kebersihan rumah sakit yang bersimpati kepadanya. Pasangan ini menjalani kehidupan yang sangat berat. Istrinya menderita kesakitan sepanjang hari karena menolak untuk meminum pain killer. Ia takut tertidur sehingga ia kehilangan kesempatan untuk membaca cerita Sakutaro, sementara itu Sakutaro juga bertahan untuk tidak tidur karena takut istrinya pergi pada saat ia tidur. Dalam kantuknya, Sakutaro juga harus terus produktif, karena istrinya menunggu tulisannya. Mendekati angka 1778, Sakutaro semakin sulit untuk menulis cerita lucu. Pada akhirnya ia lebih menuliskan cerita tentang kehidupan mereka berdua. Dan ia mengakui bahwa sebetulnya ia menulis untuk menyelamatkan dirinya sendiri. Setsuko meninggal pada saat Sakutaro meletakkan tulisan ke 1777 disampingnya . Ia tidak sempat dibacakan tulisan itu.

Sakutaro membuat tulisan ke 1778 pada saat keluarganya mempersiapkan upacara untuk istrinya. Tulisan terakhirnya tidak dapat dibaca oleh orang lain, karena ia tidak mengguratkan penanya ke kertas. Ia membuat tulisan yang hanya untuk dibaca istrinya. Pada akhir film, kertas putih yang berisi tulisannya ke 1778 itu diterbangkannya bersama angin. Bersatu dengan abu istrinya, di alam sana.

Awalnya saya merasa 1778 Stories of Me and My Wife merupakan film yang sangat lambat. Padahal akhir cerita sudah dapat kita duga. Memang ada permasalahan psikologis yang saya hadapi sehingga saya tidak dapat menikmati film ini. Saya ingin dapat menonton film ini sampai selesai, sehingga saya kesal ketika adegan terasa berjalan lambat dan bertele-tele. Selain itu, banyak adegan yang terasa berlebihan, terutama adegan-adegan di rumah sakit. Misalnya adegan penghuni rumah sakit yang tertarik dengan kegiatan Sakutaro menulis di kantin, yang menurut saya sebetulnya kegiatan yang biasa-biasa saja. Apalagi ketika para penghuni rumah sakit satu persatu memberikan makanan kecil yang mereka miliki sebagai tanda simpati kepada Sakutaro. Adegan ini mengingatkan kita pada film A Beautiful Mind ketika John Nash diberikan pena, satu persatu, oleh koleganya sebagai tanda penghormatan. Adegan berlebihan lainnya adalah adegan yang menggambarkan betapa mengantuknya Sakutaro, sehingga ia berjalan seperti orang mabuk, dan tertidur di ruang cuci pakaian. Jika memang Sakutaro khawatir kehilangan momen pada saat istrinya pergi, kenapa ia tidak selalu berada di kamar rawat istrinya?

Saya menjadi lebih tersentuh dengan film ini setelah mengetahui bahwa film ini dibuat berdasarkan kisah nyata dari penulis Jepang terkenal yang bernamaTaku Mayumura. Banyak dramatisasi dalam film ini, seperti ia sebetulnya bukan penulis gagal dan istrinya meninggal dalam usia yang tidak muda. Tapi 1778 cerita pendek itu memang ada dan sudah dibukukan. Sebagai suatu kisah nyata, film ini menggambarkan suatu cerita cinta suami istri yang indah, di mana tidak ada tuntutan dan keluhan. Dalam kehidupan mereka yang ada hanya memberi, dari memberi dorongan sampai sekedar memberi senyuman, dan berkorban untuk membahagiakan pasangan. Sebuah inspirasi tentang cinta sejati.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar